pilihan

Sabtu, 01 Oktober 2016

EROSI

A.           Pendahuluan
Erosi didefinisikan sebagai hilangnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut air atau angin ke tempat lain. Degradasi lahan yang terjadi di Indonesia salah satunya disebabkan oleh erosi. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Erosi di bagian hulu menyebabkan penurunan kualitas sifat fisik tanah dan menurunya produktifitas pertanian. Dampak erosi di bagian hilir menyebabkan rendahnya kualitas dan nilai kegunaan air sungai, sedimentasi di waduk dan saluran air, perusakan anak sungai dan lahan.
B.            Aliran permukaan
Ulasan mengenai erosi tidak akan lepas dari agen pembawanya yaitu aliran permukaan. Aliran permukaan adalah bagian dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah yang masuk ke sungai atau saluran atau danau atau ke laut. Aliran permukaan akan mengangkut tanah dan bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya sebuah erosi. Aliran permukaan dipengaruhi oleh faktor presipitasi, yaitu lamanya hujan, distribusi dan intensitas hujan, dan faktor DAS, yaitu ukuran, bentuk, topografi, gelologi dan kondisi permukaan.
Infiltrasi
Aliran permukaan dapat dikurangi dengan meningkatkan infiltrasi. Infiltrasi merupakan peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya melalui permukaan dan secara vertikal. Besarnya infiltrasi dipengaruhi oleh jenis dan luas vegetasi, keadaan permukaan tanah, intensitas hujan. Tanah yang memiliki pori-pori yang besar, memudahkan proses infiltasi, sedangkan tanah dengan pori-pori yang kecil, menyulitkan air untuk masuk ke dalam tanah sehingga infiltasi semakin kecil. Pada tanah yang terbuka memiliki laju infiltrasi yang rendah, sehingga mengakibatkan aliran permukaan yang besar. Hal ini dapat ditanggulangi dengan menanami lahan tersebut dengan vegetasi.
C.           Erosi
Erosi tanah terjadi melalui dua proses yaitu proses penghancuran partikel-partikel tanah dan proses pengangkutan partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Jika butir hujan mencapai permukaan tanah, maka partikel-partikel tanah dengan berbaagi ukuran akan terpercik (splashed) ke segala arah, menyebabkan terjadinya penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah. Jika aliran permukaan tidak terjadi, maka seluruh partikel-partikel yang terpercik akibat curah hujan akan terdeposisi di permukaan tanah. Selanjutnya jika aliran permukaan terjadi, maka partikel-partikel yang terpercik tersebut akan diangkut ke lereng bagian bawah.
Berdasarkan penyebabnya erosi dapat dibagi menjadi erosi percik dan erosi gerusan. Erosi percik adalah erosi yang disebabkan oleh pemecahan struktur tanah menjadi butir-butir primer tanah oleh energi kinetik butir-butir hujan. Erosi gerusan adalah erosi yang disebabkan oleh gerusan aliran permukaan. Erosi percik jauh lebih erosif, hal ini berkaitan dengan kecepatan jatuh butir-butir hujan yang jauh lebih cepat daripada kecepatan aliran permukaan.
Menurut bentuknya erosi dapat dibedakan menjadi erosi lembar/kulit, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai, longsor dan erosi internal. Erosi lembar pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suaut permukaan tanah. Erosi alur terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat tertentu di permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut. Erosi parit, proses terjadinya sama dengan proses erosi alur, tapi saluran yang terbentuk sudah demikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi tebing sungai, terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai. Longsor adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar. Erosi internal adalah terangkutnya butir-butir primer secara vertikal ke bawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah, sehingga tanah menjadi kedap air dan udara.
Upaya dalam mencegah erosi, menurut Banuwa (2013) dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.             Metode Vegetatif
Metode vegetatif adaah upaya mencegah dan mengurangi erosi dengan menggunakan tanaman dan sisa-sisanya untuk mengurangi energi kinetik butir-butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Secara perinci yang termasuk metode ini yaitu:
a.         penanaman tumbuhan atau tanaman yang menutupi tanah secara terus-menerus;
b.        penanaman dalam strip (strip cropping);
c.         pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah (conservation rotation);
d.        sistem pertanian hutan (agroforestry);
e.         pemanfaatan sisa-sisa tanaman atau tumbuhan; dan
f.         penanaman saluran-saluran pembuangan dengan rumput.
2.             Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode mekanik ini adalah: (1) pengolahan tanah konservasi; (2) pengolahan tanah menurut kontur; (3) guludan dan guludan bersaluran menurut kontur; (4) teras; (5) dan penghambat, rorak, dan kolam, serta parit pengelak.
3.             Metode Kimia
Metode kimia yaitu penggunaan preparat kimia baik sintetis maupun alami. Berbagai preparat kimia yang dikembangkan untuk memperbaiki struktur tanah dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.              Polymer tak terionisasi: polyvinyl alcohol (PVA)
b.             Polyanion
c.              Polycation
d.             Dipole polymer
e.              Emulsi bitumen.
D.           Sedimen dan Sedimentasi
Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang mengalami erosi pada suatu DAS dan masuk ke dalam badan air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran permukaan akan mengalami proses deposisi sehingga sedimen tersebut akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau berhenti.
Berdasarkan gerakannya, sedimen dibedakan menjadi muatan dasar dan muatan melayang/tersuspensi. Muatan dasar adalah partikel-partikel sedimen yang bergerak menggelinding meluncur atau meloncat pada lapisan dasar sungai. Sedangkan muatan tersuspensi adalah partikel yang bergerak di atas muatan dasar dan bercampur dengan aliran atau melayang.
E.            Penutup
Tindakan manusia yang melampaui batas telah mengganggu keseimbangan, keselarasan dan keserasian alam sehingga erosi dipercepat yang telah melampaui batas toleransi terjadinya. Erosi berdampak pada kemiskinan pada lahan dan petani di Daerah Aliran Sungai. Oleh sebab itu diperlukan tindakan nyata secara terpadu dari semua pihak dan perlu segera dilakukan agar dampak yang ditimbulkan dapat dieliminasi secepat dan seminimal mungkin.

Sumber

Banuwa, Irwan Sukri. 2013. Erosi. Prenamedia Group. Jakarta.

Jumat, 06 Mei 2016

MAHASISWA MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN UNSOED MENGIKUTI LIBURAN PRAKTIKUM DOC 2016


Seluruh mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Unsoed 2014 mengikuti praktikum lapang mata kuliah Dasar-Dasar Oseanografi 2016. Praktikum lapang tersebut diselenggarakan di Pantai Teluk Awur, Jepara  selama 3 hari yaitu tanggal 29 April - 1 Mei 2016. Kegiatan tersebut tidak hanya oleh mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, namun juga seluruh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsoed TA 2014. 

Praktikum kali ini dirasa sangat luar biasa, para praktikan harus melakukan pengamatan selama 24 jam non stop di perairan pantai Awur, Jepara. Mereka melakukan sejumlah parameter fisik, kimia, dan biologi. Beberapa parameter harus diukur dalam waktu setiap jam, 12 jam, dan satu kali dalam praktikum. Parameter tersebut diantaranya seperti tinggi pasang surut, kedalaman laut, kecerahan, temperatur, salinitas, tinggi gelombang, kecepatan gelombang, kecepatan arus, profil substrat dasar dan makrozoobenthos. Hasil data pengamatan selanjutnya dijadikan sebagai bahan untuk laporan praktikum lapang yang dikerjakan di waktu selanjutnya.



Walaupun seluruh praktikan merasa lelah dengan kegiatan tersebut, mereka sangat puas karena dapat menjalankan praktikum dengan baik. Tidak hanya itu, mereka pun dapat melihat pemandangan pantai Awur yang indah. Hal tersebut menjadi sangat spesial terutama ketika para praktikan dapat melihat matahari terbenam. 


Minggu, 17 April 2016

SIFAT FISIK AIR

Kali ini kita akan membahas mengenai parameter fisik yang dimiliki oleh perairan. Beberapa paramater fisika yang meliputi temperatur, cahaya, warna, konduktivitas, padatan terlarut, padatan tersuspensi dan salinitas.


Gambar 1. Sifat fisik air.
Sumber: daftarmenarik.com

Temperatur Air
Temperatur merupakan ukuran kuantitatif panas dinginnya suatu media yang diukur pada skala definit seperti derajat Celcius atau Fahrenheit. Temperatur sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme perairan memiliki kisaran temperatur tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur berturut-turut 30o-35o C dan 20o – 30o C.
Temperatur suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, permukaan tutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Peningkatan temperatur menyebabkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatisasi. Penurunan temperatur menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4 dan lain-lain. Peningkatan temperatur juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan temperatur juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung secara intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki temperatur yang lebih tinggi dan densitas yang lebih rendah daripada lapisan bawah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya stratifikasi panas pada kolom air.

Penetrasi Cahaya
Radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi ± 1.350 Joule/detik/m2 (watt), dengan kecepatan sekitar 186.000 mil/detik (299.790 km/detik). Panjang gelombang radiasi matahari adalah 150 nm-3.200 nm dengan puncak panjang gelombang sekitar 480 nm. Radiasi dengan panjang gelombang 400 nm – 700 nm digunakan pada proses fotosintesis atau yang dikenal sebagai cahaya tampak. Radiasi dengan panjang gelombang <400 nm disebut radiasi ultraviolet dan radiasi dengan panjang gelombang >700 nm disebut radiasi infra merah.
Jumlah radiasi yang mencapai permukaan peraiaran sangat dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan laut (altitute), letak geografis, dan musim. Penetrasi cahaya ke dalam air sangat dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya, kondisi permukaan air, dan bahan-bahan yang terlarut dan tersuspensi dalam air. Beberapa jenis molekul, misalnya O2, O3, H2O, dan CO2 dapat menyerap radiasi matahari dan mengubahnya menjadi energi panas.
Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan. Dengan kata lain, cahaya mengalami penghilangan atau pengurangan yang semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Kedalaman di mana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensiasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1% dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi cahaya di permukaan air. Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman.
Di perairan, spektrum cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih besar, yaitu merah dan oranye (550 nm) dan panjang gelombang pendek, misalnya ultraviolet dan ungu, diserap lebih cepat atau tidak melakukan penetrasi yang lebih dalam ke kolom air, dibandingkan dengan spektrum cahaya dengan panjang gelombang pertengahan, misalnya biru, hijau, dan kuning (400 nm – 500 nm).
Cahaya yang mencapai perairan akan diubah menjadi energi panas. Air memiliki sifat pemanasan yang khas karena memiliki kapasitas panas spesifik yang tinggi. Oleh karena itu, perairan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menaikkan dan menurunkan temperatur, jika dibandingkan dengan daratan.
Menurut Jeffries dan Mills (1996) dalam Efendi (2003), di perairan, cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu:
1.             Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis dan selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air.
2.             Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis alga dan tumbuhan air.
Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku organisme. Perubahan intensitas cahaya menyebabkan Ceratium hirudinella melakukan pergerakan vertikal pada kolom air dan blue green algae mengatur volume vakuola gas untuk melakukan pergerakan secara vertikal pada kolom air, sedangkan zooplankton melakukan migrasi vertikal harian.

Warna
Warna perairan dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya dan warna tampak. Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Sedangkan warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi.
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam, serta bahan-bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecokelatan atau kehitaman. Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur menyebabkan warna air kehijauan. Bahan-bahan organik seperti tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecokelatan.
Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Perbedaan kolom air menunjukkan bahwa semakin dalam perairan, makin tinggi pula warna karena terlarutnya bahan organik yang terakumulasi di dasar perairan.
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif. Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (blooming) fitoplankton (algae). Di perairan laut, jenis algae yang mengalami peledakan pertumbuhan biasanya berasal dari filum Dinoflagellata, sedangkan di perairan tawar biasanya berasal dari filum Cyanophyta.

Konduktivitas
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh terhadap nilai DHL. Asam, basa dan garam merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzena yang tidak dapat mengalami disosiasi,  merupakan penghantar listrik yang buruk.

Padatan Terlarut dan Tersuspensi
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS merupakan jumlah padatan atau partikel tersuspensi yang terdapat dalam suatu perairan, baik berupa bahan organik maupun anorganik. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah dan erosi tanah yang terbawa ke badan air.
Padatan terlarut total (Total Dissolve Solid/ TDS) adalah bahan-bahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm. TDS merupakan jumlah padatan terlarut yang terdapat dalam suatu perairan, baik berupa bahan organik/anorganik. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan.
Air laut memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik. Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik. Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan, terutama TSS, dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis perairan.

Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas merupakan kadar garam-garam terlarut dalam 1000 gram air. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodidia digantikan oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.
Salinitas dipengaruhi oleh densitas, densitas yang rendah memiliki nilai salinitas yang tinggi. Salinitas juga dipengaruhi oleh proses hidrologi. Ketika terjadi evaporasi, maka nilai salinitas meningkat. Sedangkan ketika terjadi presipitasi, maka salinitas menurun.

Sumber:

Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. PT Kanisius. Yogyakarta.

Jumat, 15 April 2016

PERAIRAN LENTIK

Apa yang dimaksud dengan perairan lentik? Perairan lentik merupakan perairan yang tergenang.  Contoh dari perairan ini yaitu danau, rawa, kolam, waduk dll. Pada perairan ini terdapat stratifikasi vertikal akibat adanya perbedaan intensitas cahaya dan temperatur. Perairan ini memiliki kecepatan arus yang sangat lambat (<10 cm/s) atau tidak ada arus sama sekali.


Gambar 1. Danau Toba
Sumber: maritim.go.id

Zonasi perairan lentik
Berdasarkan temperatur, zonase perairan lentik terbagi menjadi tiga yaitu
1.      Zona epilimnion, yaitu lapisan bagian permukaan atau atas perairan. Lapisan ini bersifat hangat, suhu relatif konstan. Seluruh massa air pada lapisan ini tercampur dengan baik karena adanya angin dan gelombang.
2.   Zona metalimnion atau termoklin, yaitu lapisan di bawah epilimnion. Pada lapisan ini temperatur memperlihatkan perubahan relatif besar. Setiap kedalaman 1 m terjadi penurunan temperatur air 1oC.
3.    Zona hipolimnion, yaitu lapisan di bawah metalimnion. Lapisan ini memiliki temperatur yang lebih rendah, ditandai dengan perbedaan temperatur vertikal yang relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak mengalami percampuran, dan memiliki densitas yang lebih besar.

Berdasarkan zonase bentos
1.   Zona supra litoral, adalah wilayah di pinggir danau yang masih terkena pengaruh danau, biasanya berupa daratan yang kadang kala tergenang air jika volume air danau meningkat
2.      Zona litoral, adalah wilayah pinggir danau yang dangkal, dengan batuan dasar berukuran relatif besar dan cahaya matahari mencapai dasar perairan. Wilayah ini banyak ditumbuhi tumbuhan akuatik yang mengakar di dasar perairan dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Wilayah litoral merupakan wilayah yang mendapat pengaruh pertama kali jika terjadi erosi pada daratan di sekitarnya.
3.     Sub litoral, adalah wilayah di bawah litoral, dengan batuan dasar berukuran lebih kecil dan matahari sudah berkurang. Wilayah ini masih mendapat cukup oksigen, namun keanekaragaman bentos sudah berkurang. Bentos yang telah mati, yang semula adalah penghuni wilayah litoral biasanya akan terbenam di wilayah sub litoral.
4.    Profundal, adalah wilayah paling dalam dengan suhu yang rendah dan cahaya matahari sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Jumlah oksigen terlarut sangat sedikit atau terbentuk suasana anoksik. Meskipun banyak mengandung gas metana dan karbondioksida, namun kadar ion hidrogen dalam wilayah ini juga sangat tinggi sehingga pH air rendah karena keberadaan asam karbonat. Sedimen dasar berukuran sangat kecil.

Berdasarkan zonase kolom air
1.    Zona limnetik, adalah wilayah perairan yang sudah banyak mendapat pengaruh dari tepi dan dasar perairan. zona limnetik dibagi menjadi tropogenik dan tropolitik.
2.      Zona tropogenik, yaitu  kolom air dari permukaan yang memiliki aktivitas fotosintesis intensif hingga kedalaman di mana aktifitas fotosintesis sangat sedikit. Pada zona ini, kadar oksigen terlarut cukup tinggi. Zona tropogenik biasanya berada pada suatu mintakat epilimnion.
3.    Zona tropolitik, adalah wilayah yang berada di bawah tropogenik. Pada zona ini, aktifitas respirasi dan dekomposisi dominan, sedangkan aktifitas fotosintesis sudah tidak ada. Zona ini memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah atau bahkan tidak ada, namun kadar karbondioksida tinggi.
4.      Zona kompensasi, adalah zona antara tropogenik dan tropolitik, dicirikan dengan aktifitas fotosintesis yang sama dengan respirasi.
Berdasarkan intensitas cahaya
1.      Zona eufotik, yaitu lapisan yang masih mendapat cahaya matahari.
2.  Zona kompensasi, yaitu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya permukaan.
3.      Zona profundal, yaitu lapisan di bawah zona kompensasi, dengan intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik).

Lapisan eufotik yang biasanya juga merupakan lapisan epilimnion merupakan lapisan yang paling produktif. Lapisan ini mendapat pasokan cahaya matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis berlangsung secara optimum. Keberadaan oksigen, baik yang dihasilkan oleh proses fotosintesis maupun difusi dari udara, juga mencukupi.

Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan lentik diklasifikasikan menjadi sebagai berikut.
1.  Oligotrofik, yaitu perairan dengan produktifitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan ini memiliki kadar unsur hara nitrogen dan fosfor rendah, namun cenderung jenuh dengan oksigen.
2.      Mesotrofik, yaitu perairan dengan produktifitas primer dan biomassa sedang. Perairan ini merupakan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik.
3.      Eutrofik, yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan tingkat produktifitas primer tinggi. Perairan ini memiliki tingkat kecerahan yang rendah dan kadar oksigen pada lapisan hipolimnion dapat lebih kecil dari 1 mg/l.
4.     Hiper-eutrofik, yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produktifitas primer sangat tinggi. Pada perairan ini, kondisi anoksik terjadi pada lapisan hipolimnion.
5.      Distrofik, yaitu jenis perairan yang banyak mengandung bahan organik.

Sumber:
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. PT Kanisius. Yogyakarta. 

Minggu, 20 Maret 2016

FPIK Gelar Talkshow dalam Rangka Peringatan World Water Day 2016


[unsoed.ac.id, Sen, 21/3/16] Air sebagai salah satu sumber daya yang memiliki nilai strategis dalam peningkatan kesejahteraan hidup dan pembangunan kini dihadapkan pada banyak permasalahan baik ketersediaan, pemanfaatan, maupun pengembangan dan pengelolaan. Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai bagian dari rangkaian peringatan World Water Day 2016, Minggu (20/3) diselenggarakan talkshow mengenai Sumberdaya Perairan. Talkshow yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Resources Aquatic (Himarestic) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ini mengambil tema “Inovasi Teknologi dan Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Berbasis Lingkungan, Kesehatan, dan Ekonomi Secara Berkelanjutan di Wilayah Indonesia.” Adapun rangkaian peringatan World Water Day 2016 yang telah sebelumnya dilaksanakan yaitu Susur Sungai Banjaran dan re-stocking 5000 benih ikan, Lomba Karya Tulis tingkat SMA dan Lomba Mewarnai Tingkat SD.
Talkshow ini mengundang dua narasumber utama yaitu Pakar Landscape dan Seascape Ekology, Universitas Gajah Mada, Prof. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan, M.Sc., dan Marketing Manager PT. Feedmill Indonesia (Malindo Group), Martin Wahyudi Hutagalung, S.Pi. Wakil Dekan Bidang Akademik FPIK UNSOED, Dr. Cahyo Winanto, M.Si., yang hadir sekaligus membuka acara dalam sambutannya menyampaikan pentingnya pelaksanaan acara ini. Beliau menyampaikan bahwa air dapat mendatangkan manfaat sekaligus bencana. Pengelolaan yang bijak, dapat meningkatkan profit sekaligus produksi. Meskipun sumberdaya perairan adalah sumberdaya yang dapat diperbarui, tatapi pembaruan tersebut memerlukan  waktu yang lama untuk kembali pulih. “Oleh karenanya, untuk terus menjaga kelestarian sumberdaya air maka perlulah pengelolaan yang baik,” beliau menambahkan.
Sesi talkshow dimulai dengan pemaparan dari Prof. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan, M.Sc dengan materi Pendekatan Ekosistem dalam Pengelolaan Sumberdaya Air, kemudian sesi kedua yaitu pemaparan Martin Wahyudi Hutagalung, S.Pi., dengan materi Inovasi Teknologi Dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Perairan Berbasis Ekonomi. Tiap sesi pemaparan materi diikuti langsung dengan sesi diskusi interaktif.
Maju terus pantang menyerah!
sumber: http://unsoed.ac.id/id/berita/fpik-gelar-talkshow-dalam-rangka-peringatan-world-water-day-2016

Kamis, 07 Januari 2016

GERAKAN MAHASISWA UNTUK PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:
Taufiq Ahmad Romdoni
(Manajemen Sumberdaya Perairan, Unsoed 2014)

Gerakan Mahasiswa Pembawa Perubahan
Sejarah peradaban dunia tidak akan pernah lepas dari peranan para pemuda. Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan pemuda lah sebuah perubahan bisa terjadi. Jatuhnya orde lama disebabkan oleh mahasiswa, jatuhnya rezim orde lama disebabkan oleh mahasiswa. Anis Baswedan mengungkapkan bahwa di tangan pemudalah, menawarkan sebuah masa depan.
Mahasiswa sebagai Agent of Change, memiliki sebuah agenda besar untuk mengemban tugas merubah negeri ini. Negeri ini butuh sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Predikat agent of change yang melekat pada mahasiswa nampaknya belum mampu merubah kepada kondisi yang lebih baik. Mahasiswa masa kini nampaknya disibukkan dengan hal-hal bersifat hedonis dan materialis. Sense of social yang melekat pada jiwa mahasiswa nampaknya mulai mengikis waktu demi waktu. Mahasiswa saat ini lebih bersifat apatis, individualis. Industrialisasi pendidikan hanya akan membuat mahasiswa memikirkan masa depannya sebagai buruh. Sehingga tuntutan akademik mengharuskan mahasiswa agar segera menyelesaikan akademik tanpa mengasah kemampuan berpikir, kritis, dan peka terhadap kondisi sosial di masyarakat.
Jika keadaan seperti ini terus kita pertahankan, akankah kita mengkhianati gerakan-gerakan pendiri bangsa kita? Pendiri-pendiri bangsa yang sejak mudanya telah membawa perjuangan intelektual, menawarkan gagasan baru, berjuang melawan imperialis dan kolonialis? Sudah saatnya kita mahasiswa tersadar akan pentingnya gerakan mahasiswa yang akan membawa gagasan-gagasan baru untuk membawa perubahan pada Negeri ini.
Indonesia Dianugerahi Kekayaan Alam Laut dan Perikanan
Anugerah alam yang telah diberikan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa kepada kita, telah menjadikan kita sebagai negara yang kaya. Luas negara ini didominasi oleh luas lautan yang mencapai dua per tiga dari luas seluruh Indonesia. Kekayaan alam laut memberikan kita sumber kehidupan yang sangat kaya. Keanekaragamana biota, memberikan peluang untuk mengembangkan pangan, energi, farmasi, industri, pengetahuan, dan lain-lain. Untuk potensi laut saja, terdapat nilai potensi sebesar 171 miliar USD per tahun, yang diperoleh dari perikanan,  pemanfaatan pesisir, bioteknologi, pariwisata bahari, minyak bumi, dan transportasi laut. Tidak hanya itu, pertumbuhan populasi manusia yang semakin meningkat setiap tahun akan membutuhkan pangan yang bersumber selain dari daratan. Bagaimana tidak? Ekspansi wilayah akibat pertumbuhan populasi manusia mengharuskan tergusurnya lahan pangan. Hal ini akan mengakibatkan sebuah sumber pangan alternatif, yaitu perikanan.
Namun sangat disayangkan, kekayaan bahari dan potensi perikanan yang dimiliki belum mampu dimanfaatkan secara baik. Kondisi yang kontradiktif antara kekayaan alam bahari dan potensi perikanan dengan kondisi masyarakat tergambar dengan presentase masyarakat miskin sebesar 25,14% adalah nelayan. Potensi bahari kita hilang sebesar Rp 300 triliun per tahun. Dibutuhkan sebuah pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan yang baik yang mampu mengoptimalkan potensi kita. Hal tersebut hanya akan bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tekad, keberanian, semangat, gagasan dan intelektual.
Kekayaan Kelautan dan Perikanan Membutuhkan Semangat Gerakan Mahasiswa
Sebuah cita-cita negara Indoensia yang telah dirumuskan oleh the founding father kita patut kita teruskan. Cita-cita negeri ini menuju sebuah kesejahteraan Seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Ir. Soekarno, dalam membangkitkan semangat Indonesia haruslah bersemangat “Cakrawala Samudera”, yaitu sebuah bangsa yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan. Sebuah semangat untuk menuju perubahan itu hanya ada pada jiwa para pemuda, yaitu kita mahasiswa!
Mahasiswa perikanan dan kelautan memiliki sebuah tugas dan amanah untuk mampu mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Gerakan mahasiswa harus mampu mengakomodir sebuah gerakan yang mampu mewujudkan impian tersebut. Gerakan yang progresif, terstruktur, terencana dan masif harus segera dibangun sedari dini. Dan yang terpenting adalah gerakan mahasiswa harus mampu berdampingan  secara harmonis dengan pihak-pihak terkait yang mampu mendorong kedua belah pihak untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Mahasiswa harus dibukakan cakrawala dan kepekaan kita terhadap kondisi masyarakat pesisir, pembudidaya, dan semua yang terlibat di dalamnya. Pemikiran yang kritis, rasa yang peka harus ditanam untuk menganalisis sebuah penyebab kemiskinan pada nelayan, pengolah, produksi, pemasok dan lain-lain. Sebuah inovasi pengetahuan dan teknologi perlu dikembangkan oleh mahasiswa untuk mengembangkan perikanan dan kelautan.  Permasalahan pembenihan, kualitas lingkungan air, pencemaran perairan, over fishing, merupakan permasalahan yang harus dipecahkan oleh mahasiswa. Dengan menyatukan sebuah pandangan, cita-cita, tekad dan semangat untuk membawa perubahan, maka yakinilah akan terwujudnya masyarakat yang sejahtera khususnya masyarakat perikanan dan kelautan. Hidup Mahasiswa! Jalesveva Jayamahe! Jayalah Indonesia!


Jumat, 30 Oktober 2015

Ekspedisi Sungai Serayu oleh Anak-Anak Muda dari Hilir hingga Hulu

Oleh Taufiq Ahmad Romdoni



Tidak seperti biasanya pada hari sabtu (10/10) sepanjang sungai Serayu disusuri oleh sejumlah anak-anak muda. Dengan memakai pakaian dinas lapangan berwarna biru, mereka menyusuri sungai Serayu dari hilir hingga hulu. Panas terik matahari tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menyusuri sungai terpanjang di Jawa Tengah tersebut.
Kegiatan itu merupakan serangkaian dari kegiatan praktikum mata kuliah Ekologi Perairan yang diselenggarakan sejak Sabtu (10/10) hingga Minggu (11/10). Kegiatan praktikum tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman tahun angkatan 2014. Namun, tidak semua program studi mengikuti acara tersebut, dalam praktikum yang berjudul “Ekspedisi Serayu”  hanya diikuti oleh mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perarian dan program studi Budidaya Perairan. Satu minggu sebelumnya, mahasiswa program studi Ilmu Kelautan telah menjalani praktikum lapangan mata kuliah Ekologi Perairan di Cilacap, Jawa Tengah.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh dosen pengampu mata kuliah Ekologi Perairan yang dibantu oleh beberapa asisten dosen. Praktikum kali ini diselenggarakan di sepanjang sungai Serayu, Telaga Warna, dan Telaga Pengilon, Wonosobo, Jawa Tengah. Beberapa daerah sungai Serayu yang menjadi stasiun pengambilan sampel diantaranya adalah Kejajar, Garung, Prigi, Singomerto, Mrican, Purwanegara, Mandiraja, Kembangan dan Cowakan Semar. Kemudian daerah wisata di daerah Dieng seperti Telaga Warna dan Telaga Pengilon turut menjadi stasiun pengambilan sampel. Para peserta praktikum mengambil sampel air yang kemudian diukur kandungan fisikokimiawinya seperti suhu dan oksigen terlarut. Tidak hanya itu, mereka juga mengukur kedalaman, kecepatan arus, lebar sungai, kejernihan dan mengamati tipe substrat. Mahasiswa juga melakukan wawancara dengan warga daerah Dieng dan pejabat daerah setempat untuk mengkaji apakah Telaga Warna dan Pengilon layak untuk dijadikan tempat budidaya ikan. Selain mengukur faktor fisikokimiawi di stasiun sungai Serayu, mahasiswa juga melakukan pengambilan sampel mikrozoobentos. Sampel mikrozoobentos yang diperoleh akan dijadikan sebagai data untuk mengukur indeks keragaman di setiap stasiun pengambilan sampel.
Praktikum tersebut dirasa penting dilakukan oleh mahasiswa. Selain sebagai komponen dalam mata kuliah, data hasil praktikum tersebut sangat bermanfaat bagi akademisi, pemangku kebijakan daerah setempat, dan pihak-pihak terkait. Hal tersebut sangat bermanfaat terutama bagi pemerintah setempat sebagai bahan untuk menentukan kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya alam, pengelolaan masyarakat pada daerah aliran sungai.

Selama praktikum berlangsung terlihat mahasiswa sangat menikmati kegiatan tersebut. Namun sejumlah mahasiswa mengeluhkan mahalnya biaya operasional yang dikeluarkan untuk kegiatan praktikum kali ini. Seharusnya dana tersebut sudah diakomodir oleh pihak kampus sehingga tidak membebani kepada mahasiswa. “Praktikum kurang maksimal karena ada alat yang kurang dan juga yang tidak bisa dipakai, harapannya dapat lebih baik lagi untuk tahun depan, dan diusahakan agar tidak sampai ada pemungutan biaya lagi” kata ketua kelompok  1 B, Ghilman Jauhar. Dengan kegiatan praktikum tersebut diharapkan mahasiswa dapat mencintai lingkungan seperti sungai yang telah menjadi urat nadi kehidupan bagi masyarakat sekitar aliran sungai.