Oleh Taufiq Ahmad Romdoni
Tidak seperti biasanya pada hari sabtu (10/10)
sepanjang sungai Serayu disusuri oleh sejumlah anak-anak muda. Dengan memakai
pakaian dinas lapangan berwarna biru, mereka menyusuri sungai Serayu dari hilir
hingga hulu. Panas terik matahari tidak menjadi halangan bagi mereka untuk
menyusuri sungai terpanjang di Jawa Tengah tersebut.
Kegiatan itu
merupakan serangkaian dari kegiatan praktikum mata kuliah Ekologi Perairan yang
diselenggarakan sejak Sabtu (10/10) hingga Minggu (11/10). Kegiatan praktikum tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman tahun angkatan 2014.
Namun, tidak semua program studi mengikuti acara tersebut, dalam praktikum yang
berjudul “Ekspedisi Serayu” hanya
diikuti oleh mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perarian dan program
studi Budidaya Perairan. Satu minggu sebelumnya, mahasiswa program studi Ilmu
Kelautan telah menjalani praktikum lapangan mata kuliah Ekologi Perairan di
Cilacap, Jawa Tengah.
Kegiatan
tersebut diselenggarakan oleh dosen pengampu mata kuliah Ekologi Perairan yang
dibantu oleh beberapa asisten dosen. Praktikum kali ini diselenggarakan di sepanjang
sungai Serayu, Telaga Warna, dan Telaga Pengilon, Wonosobo, Jawa Tengah. Beberapa
daerah sungai Serayu yang menjadi stasiun pengambilan sampel diantaranya adalah
Kejajar, Garung, Prigi, Singomerto, Mrican, Purwanegara, Mandiraja, Kembangan
dan Cowakan Semar. Kemudian daerah wisata di daerah Dieng seperti Telaga Warna
dan Telaga Pengilon turut menjadi stasiun pengambilan sampel. Para peserta
praktikum mengambil sampel air yang kemudian diukur kandungan fisikokimiawinya
seperti suhu dan oksigen terlarut. Tidak hanya itu, mereka juga mengukur
kedalaman, kecepatan arus, lebar sungai, kejernihan dan mengamati tipe
substrat. Mahasiswa juga melakukan wawancara dengan warga daerah Dieng dan
pejabat daerah setempat untuk mengkaji apakah Telaga Warna dan Pengilon layak
untuk dijadikan tempat budidaya ikan. Selain mengukur faktor fisikokimiawi di
stasiun sungai Serayu, mahasiswa juga melakukan pengambilan sampel
mikrozoobentos. Sampel mikrozoobentos yang diperoleh akan dijadikan sebagai
data untuk mengukur indeks keragaman di setiap stasiun pengambilan sampel.
Praktikum tersebut
dirasa penting dilakukan oleh mahasiswa. Selain sebagai komponen dalam mata
kuliah, data hasil praktikum tersebut sangat bermanfaat bagi akademisi,
pemangku kebijakan daerah setempat, dan pihak-pihak terkait. Hal tersebut
sangat bermanfaat terutama bagi pemerintah setempat sebagai bahan untuk menentukan
kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya alam, pengelolaan masyarakat pada
daerah aliran sungai.
Selama praktikum
berlangsung terlihat mahasiswa sangat menikmati kegiatan tersebut. Namun sejumlah
mahasiswa mengeluhkan mahalnya biaya operasional yang dikeluarkan untuk
kegiatan praktikum kali ini. Seharusnya dana tersebut sudah diakomodir oleh
pihak kampus sehingga tidak membebani kepada mahasiswa. “Praktikum kurang
maksimal karena ada alat yang kurang dan juga yang tidak bisa dipakai,
harapannya dapat lebih baik lagi untuk tahun depan, dan diusahakan agar tidak
sampai ada pemungutan biaya lagi” kata ketua kelompok 1 B, Ghilman Jauhar. Dengan kegiatan praktikum
tersebut diharapkan mahasiswa dapat mencintai lingkungan seperti sungai yang
telah menjadi urat nadi kehidupan bagi masyarakat sekitar aliran sungai.