Kali ini kita akan membahas mengenai parameter fisik yang dimiliki oleh perairan. Beberapa paramater fisika yang meliputi temperatur, cahaya, warna, konduktivitas, padatan terlarut, padatan tersuspensi dan salinitas.
Gambar 1.
Sifat fisik air.
Sumber: daftarmenarik.com
Temperatur Air
Temperatur merupakan ukuran
kuantitatif panas dinginnya suatu media yang diukur pada skala definit seperti
derajat Celcius atau Fahrenheit. Temperatur sangat berperan dalam mengendalikan
kondisi ekosistem perairan. Organisme perairan memiliki kisaran temperatur
tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum
Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur
berturut-turut 30o-35o C dan 20o – 30o
C.
Temperatur suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam
hari, sirkulasi udara, permukaan tutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan
air. Peningkatan temperatur menyebabkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,
dan volatisasi. Penurunan temperatur menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam
air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4
dan lain-lain. Peningkatan temperatur juga menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan
peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan temperatur juga menyebabkan
terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
Cahaya matahari yang masuk ke
perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan
cahaya ini berlangsung secara intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas
perairan memiliki temperatur yang lebih tinggi dan densitas yang lebih rendah
daripada lapisan bawah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya stratifikasi panas
pada kolom air.
Penetrasi Cahaya
Radiasi matahari yang dapat mencapai
permukaan bumi ± 1.350 Joule/detik/m2 (watt), dengan kecepatan
sekitar 186.000 mil/detik (299.790 km/detik). Panjang gelombang radiasi
matahari adalah 150 nm-3.200 nm dengan puncak panjang gelombang sekitar 480 nm.
Radiasi dengan panjang gelombang 400 nm – 700 nm digunakan pada proses
fotosintesis atau yang dikenal sebagai cahaya tampak. Radiasi dengan panjang
gelombang <400 nm disebut radiasi ultraviolet dan radiasi dengan panjang
gelombang >700 nm disebut radiasi infra merah.
Jumlah radiasi yang mencapai
permukaan peraiaran sangat dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan
laut (altitute), letak geografis, dan musim. Penetrasi cahaya ke dalam
air sangat dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya, kondisi
permukaan air, dan bahan-bahan yang terlarut dan tersuspensi dalam air. Beberapa
jenis molekul, misalnya O2, O3, H2O, dan CO2
dapat menyerap radiasi matahari dan mengubahnya menjadi energi panas.
Intensitas cahaya yang masuk ke dalam
kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan. Dengan kata
lain, cahaya mengalami penghilangan atau pengurangan yang semakin besar dengan
bertambahnya kedalaman. Kedalaman di mana proses fotosintesis sama dengan
proses respirasi disebut kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensiasi biasanya
terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1% dari seluruh
intensitas cahaya yang mengalami penetrasi cahaya di permukaan air. Kedalaman kompensasi
sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan sehingga berfluktuasi secara
harian dan musiman.
Di perairan, spektrum cahaya yang
memiliki panjang gelombang lebih besar, yaitu merah dan oranye (550 nm) dan
panjang gelombang pendek, misalnya ultraviolet dan ungu, diserap lebih cepat
atau tidak melakukan penetrasi yang lebih dalam ke kolom air, dibandingkan
dengan spektrum cahaya dengan panjang gelombang pertengahan, misalnya biru,
hijau, dan kuning (400 nm – 500 nm).
Cahaya yang mencapai perairan akan
diubah menjadi energi panas. Air memiliki sifat pemanasan yang khas karena
memiliki kapasitas panas spesifik yang tinggi. Oleh karena itu, perairan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menaikkan dan menurunkan temperatur,
jika dibandingkan dengan daratan.
Menurut Jeffries dan Mills (1996)
dalam Efendi (2003), di perairan, cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu:
1.
Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat
jenis dan selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air.
2.
Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis alga
dan tumbuhan air.
Cahaya sangat mempengaruhi tingkah
laku organisme. Perubahan intensitas cahaya menyebabkan Ceratium hirudinella
melakukan pergerakan vertikal pada kolom air dan blue green algae
mengatur volume vakuola gas untuk melakukan pergerakan secara vertikal pada
kolom air, sedangkan zooplankton melakukan migrasi vertikal harian.
Warna
Warna perairan dikelompokkan menjadi
dua, yaitu warna sesungguhnya dan warna tampak. Warna sesungguhnya adalah warna
yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Sedangkan warna tampak
adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh
bahan tersuspensi.
Warna perairan ditimbulkan oleh
adanya bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus,
dan ion-ion logam, serta bahan-bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air
berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna
kecokelatan atau kehitaman. Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur
menyebabkan warna air kehijauan. Bahan-bahan organik seperti tanin, lignin, dan
asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan
warna kecokelatan.
Warna dapat menghambat penetrasi
cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Perbedaan
kolom air menunjukkan bahwa semakin dalam perairan, makin tinggi pula warna
karena terlarutnya bahan organik yang terakumulasi di dasar perairan.
Warna perairan pada umumnya
disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif. Warna perairan juga dapat
disebabkan oleh peledakan (blooming) fitoplankton (algae). Di perairan
laut, jenis algae yang mengalami peledakan pertumbuhan biasanya berasal dari
filum Dinoflagellata, sedangkan di perairan tawar biasanya berasal dari filum
Cyanophyta.
Konduktivitas
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL)
adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh
karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin
tinggi pula nilai DHL. Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion
terlarut sangat berpengaruh terhadap nilai DHL. Asam, basa dan garam merupakan
penghantar listrik yang baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan
benzena yang tidak dapat mengalami disosiasi,
merupakan penghantar listrik yang buruk.
Padatan Terlarut dan Tersuspensi
Padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada
saringan milipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS merupakan jumlah
padatan atau partikel tersuspensi yang terdapat dalam suatu perairan, baik
berupa bahan organik maupun anorganik. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus
serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah dan erosi
tanah yang terbawa ke badan air.
Padatan terlarut total (Total
Dissolve Solid/ TDS) adalah bahan-bahan terlarut dan koloid yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas
saring berdiameter 0,45 µm. TDS merupakan jumlah padatan terlarut yang terdapat
dalam suatu perairan, baik berupa bahan organik/anorganik. TDS biasanya
disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di
perairan.
Air laut memiliki nilai TDS yang
tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan
tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik. Nilai TDS perairan sangat
dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh
antropogenik. Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak
bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan, terutama TSS, dapat meningkatkan
nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke
kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis perairan.
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total
ion yang terdapat di perairan. Salinitas merupakan kadar garam-garam terlarut
dalam 1000 gram air. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air,
setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodidia
digantikan oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.
Salinitas dipengaruhi oleh densitas,
densitas yang rendah memiliki nilai salinitas yang tinggi. Salinitas juga
dipengaruhi oleh proses hidrologi. Ketika terjadi evaporasi, maka nilai
salinitas meningkat. Sedangkan ketika terjadi presipitasi, maka salinitas
menurun.
Sumber:
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. PT Kanisius. Yogyakarta.