Negara
Indonesia memiliki luas lautan sebesar dua per tiga dari luas keseluruhan
negara Indonesia. Indonesia memiliki panjang garis pantai terpanjang kedua di
dunia setelah Kanada yaitu sepanjang 81.000 km. Berada di daerah khatulistiwa,
Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya hayati salah satunya
adalah kekayaan perairan laut. Wilayah perairan laut dangkal memiliki potensi
sumberdaya alam yang sangat besar terutama pada ekosistem mangrove, terumbu
karang, dan padang lamun.
Padang
lamun atau disebut dengan seagrass bed yaitu hamparan vegetasi lamun
yang menutup suatu area peisisir atau laut dangkal, yang terbentuk dari satu
jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Lamun merupakan
satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga yang berada pada lingkungan laut. Lamun
memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Hidupnya terendam di dalam laut dan
dapat berdaptasi dengan baik pada perairan dengan salinitas yang cukup tinggi.
Lingkungan
padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang berada di perairan laut
dangkal. Padang lamun memiliki peranan yang penting di dalam kehidupan biota
laut dan merupakan salah satu lingkungan yang produktif. Padang lamun memiliki
fungsi sebagai produsen primer, pendaur unsur hara, penstabil substrat,
penangkap sedimen, habitat dan makanan serta tempat berlindung organisme laut.
Padang
lamun memiliki peranan yang sangat penting yaitu menjaga keseimbangan ekosistem
di perairan. Padang lamun memiliki kemampuan dalam meredam kekuatan arus.
Organisme laut menyukai perairan padang lamun karena miliki produktivitas
primer yang tinggi. Selain itu, padang
lamun berperan sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat
memijah (spawning ground), dan pembesaran larva atau jouvenil (nursey
ground).
Padang
lamun dengan spesies tunggal yang berasosiasi tinggi sering ditemukan pada
substrat berlumpur di daerah mangrove. Sedangkan padang lamun dengan vegetasi
campuran terdapat pada daerah intertidal yang lebih rendah dan lebih dangkal.
Padang lamun tumbuh di daerah dengan substrat berpasir dan dekat sedimen yang
bergerak secara horizontal. Kepadatan populasi lamun menjadi berkurang apabila
terjadi bioturbasi yang tinggi akibat aktivitas organisme bentik. Tingkat
kekeruhan, suplai nutrien, dan fluktuasi salinitas mempengaruhi padang lamun
yang tumbuh di sedimen yang berasal dari daratan atau disebut dengan faktor run
off daratan.
Kepadatan
padang lamun mempengaruhi kepadatan organisme yang berada di dalamnya. Semakin
tinggi kepadatan padang lamun di suatu perairan, maka semakin tinggi kepadatan
organisme yang berada pada padang lamun. Sebagai contoh, di perairan Teluk
Bais, Filipina, terdapat 28 jenis ikan dari 15 famili di daerah berpasir tanpa
lamun, dan terdapat 49 jenis ikan dari 21 famili di daerah padang lamun. Secara
umum, lamun dapat tumbuh pada perairan daerah subtropik dan tropik.
Padang
lamun merupakan habitat yang disukai oleh berbagai organisme laut. Hal ini
disebabkan oleh zat hara dan sumber makanan yang terkandung pada padang lamun.
Padang lamun berada pada daerah perairan dangkal sehingga mudah ditembus oleh
penetrasi cahaya matahari. Selain itu, padang lamun memiliki sirkulasi air yang
baik. Hal ini diperlukan untuk mentransportasi zat-zat hara, oksigen, dan hasil
metabolisme lamun ke lingkungan sekitar.
Tidak
seperti makroalga, tanaman lamun memiliki bunga dan buah. Lamun dilengkapi oleh
ruang udara yang berfungsi agar tetap mengapung di dalam kolom air. Lamun
memiliki sistem perakaran, dedaunan, transportasi internal bagi nutrien, gas,
dan stomata yang berpran dalam pertukaran gas. Daun pada tumbuhan lamun
memiliki kemampuan menyerap nutrien secara langsung dari dalam air laut. Lamun
tumbuh di perairan pantai yang dasarnya berupa pasir, lumpur, kerikil dan
patahan karang mati terutama di daerah pasang surut.
Faktor
terpenting dalam kelangsungan biota di suatu perairan ialah kondisi perairan.
kelimpahan dan penyebaran organisme dipengaruhi oleh kondisi perairan di
lingkungan tersebut. Namun, setiap organisme memiliki karakteristik kebutuhan
lingkungan yang berbeda. Kondisi perairan di suatu lingkungan dipengaruhi oleh
salinitas, pH, suhu, oksigen terlarut, kecerahan. Pembuangan sampah, pembangkit
tenaga listrik, sedimentasi dan energi angin turut menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan lamun di suatu daerah. Namun sampai saat ini belum
diketahui kapan dan di mana faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan lamun.
Salinitas normal
yang masih mampu ditolerir oleh lamun ada pada kisaran 10-40 ppt dan optimum
pada salinitas 35 ppt. Salinitas berpengaruh terhadap biomassa, produktifitas
primer, kerapatan, lebar daun, dan kecepatan pulih. Penurunan salinitas akan
menurunkan kemampuan lamun dalam melakukan fotosintesis.
Di wilayah
tropis, lamun dapat tumbuh optimal pada suhu berkisar antara 28-300
C. Faktor kedalaman suatu perairan tentu berpengaruh terhadap kondisi perairan
seperti tekanan perairan, suhu air, kecerahan, nutrien. Karena berada pada
daerah perairan dangkal, padang lamun tidak mengalami hambatan penetrasi cahaya
matahari. Faktor yang dapat menghalangi padang lamun tertembus cahaya matahari
adalah adukan sedimen di sekitarnya.
Komoditas
perikanan yang berada pada padang lamun diantaranya adalah makroalga, udang,
moluska, echinodermata, ikan kerapu, ikan baronang dan yang lainnya. Bagi ikan,
padang lamun merupakan tempat memijah, mencari makan. Ikan mendapatkan makanan
berupa plankton yang terdapat dalam padang lamun.
Kekayaan
biota yang dimiliki oleh padang lamun, dapat dimanfaatkan sebagai komoditi yang
menguntungkan bagi sektor perikanan. Tidak hanya bermanfaat secara ekonomis,
padang lamun bermanfaat bagi keseimbangan ekosistem di perairan. Namun,
kelestarian padang lamun sudah semakin terancam. Sehingga diperlukan upaya
seperti pengkajian, pelestarian, dan pengoptimalan padang lamun agar
menguntungkan dan tetap lestari.
Daftar Pustaka:
Djunaedi, dkk. 2012. “Struktur Komunitas Padang
Lamun di Perairan Pulau Kumbang, Kepulauan Karimunjawa”. Ilmu Kelautan. Nomor
17 (4): 217-225.